RELATIF.ID, GORONTALO – Puluhan mahasiswa dari berbagai organisasi kampus yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gorontalo menggelar mimbar bebas di depan gerbang kampus Universitas Gorontalo, Sabtu sore, 17 Mei 2025.
Aksi itu menyuarakan protes terhadap maraknya praktik premanisme dan dugaan pembungkaman terhadap aktivis di Provinsi Gorontalo.
Para mahasiswa menilai, situasi ini mencederai iklim demokrasi dan kebebasan berpendapat yang dijamin undang-undang.
“Mimbar bebas ini adalah bagian dari amanat konstitusi. Kami hanya menjalankan hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum,” ujar Sahwal Madinah, Wakil Presiden BEM Universitas Gorontalo, dalam orasinya.
Ia menyayangkan munculnya intimidasi dan kekerasan terhadap aktivis yang bersuara kritis belakangan ini.
Menurutnya, praktik semacam itu merupakan bentuk pembangkangan terhadap nilai-nilai hukum dan demokrasi.
Sementara itu, Yanto Ali, selaku Koordinator Aksi yang juga menjabat sebagai Menteri Advokasi dan Pergerakan BEM UG, menyebut tindakan kekerasan dan premanisme tidak layak terjadi di daerah yang menyandang julukan Serambi Madinah.
“Gorontalo harus menjadi rumah yang aman bagi siapa pun yang bersuara, bukan justru menjadi ladang teror bagi para pegiat kebenaran,” kata Yanto.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa membawa spanduk dan poster bertuliskan penolakan terhadap pembungkaman di ruang sipil. Mereka juga menyerukan agar Kepolisian Daerah Gorontalo turun tangan memberantas segala bentuk intimidasi terhadap gerakan mahasiswa.
Penulis: Beju