RELATIF.ID, GORONTALO__Seruan untuk menyelamatkan demokrasi terus digaungkan kalangan sivitas akademika dan masyarakat sipil di sejumlah daerah, disisi lain sebagian kelompok juga menyerukan pemilu yang damai tanpa konflik dan perang saudara yg berimbas pada perpecahan.
Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Provinsi Gorontalo, Man’uth Mustamir Ishak mengatakan kondisi demokrasi hari ini merupakan momentum 5 tahunan yang membagi masyarakat kita dalam dua kelompok, fanatisme terhadap salah satu paslon seolah menjadi pertarungan hidup dan mati.
“Momentum 5 tahunan ini harusnya menjadi momentum persatuan, bukan perpecahan. Pesta demokrasi harusnya menjadi pendidikan untuk seluruh masyarakat, bagaimana melihat situasi politik secara objektif tanpa melibatkan fanatisme,” ujar Man’uth Mustamir Ishak, Selasa (13/02/2024).
Selanjutnya, Man’uth memandang perlunya keterlibatan pemerintah dalam hal memberikan edukasi atau pendidikan poltik untuk seluruh masyarakat, pemerintah harus berada pada posisi yang netral tanpa ikut terlibat dalam kelompok yg bisa saja menggiring kelompok tersebut untuk berfanatik.
“Media yg berperan aktif untuk menjadi mata dan telinga , jembatan penghubung informasi pemerintah dan masyarakat juga dituntut harus memberikan informasi yg edukatif, bangsa kini adalah bangsa yang besar, ketika semua komponen bekerja profesional bukan tidak mungkin kita akan menjadi bangsa yang maju dalam segala aspek,” ungkap Man’uth.
Sementara itu, menurut Man’uth, momentum kali ini merupakan momentum yang sangat penting, selain pergantian posisi kepala negara, juga wakil-wakil rakyat yang nanti akan bersuara mewakili konstituennya, momentum kali ini untuk menentukan arah dan karakter bangsa ke arah yang lebih baik atau tetap berada pada posisi yang stagnan.
“kami berharap di tanggal 14 februari nanti masnyarakat menentukan pilihan sesuai nurani tanpa iming-iming apapun, karena sejatinya pemimpin adalah gambaran dari masyarakat yang ia pimpin,” Harap Man’uth Mustamir Ishak.
Pewarta : Beju