RELATIF.ID, GORONTALO___ Ketua DPRD Syam T Ase, telah menerima surat masuk dari Partai Demokrat Kabupaten Gorontalo atas dikeluarkannya Hanura dari Fraksi Demokrat. Selanjutnya Ketua DPRD mempersilahkan Sekertaris Dewan membacakan surat masuk tersebut. Jumat (30/09/2022).
“Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kabupaten Gorontalo, Nomor 008/PD-Kabupaten Gorontalo/IX/2022. Perihal pemberitahuan kepada yang terhormat Ketua DPRD Kabupaten Gorontalo di Limboto. Dengan hormat berdasarkan hasil rapat pinhar terbatas DCP Partai Demokrat Kabupaten Gorontalo tertaggal 24 September 2022 tentang koordinasi kegiatan fraski, maka DPC Demokrat Kabupaten Gorontalo dengan ini mengeluarkan Partai Hanura dari keanggotaan Fraksi Partai Demokrat DPRD Kabupaten Gorontalo dan meminta kepada pimpinan dewan untuk dapat ditindaklanjuti, demikian surag ini disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Limboto 30 September 2022 Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kabupaten Gorontalo, Ketua Dr. Arifin Djakani SE. SAg. MM sudah ditandatangani, Nasir Sance Potale sudah ditandatangani,” demikian isi surat yang dibacakan Sekwan Yahya Podungge.
Selanjutnya Ketua dan Anggota DPRD yang hadir menyetujui Rapat Banmus dilaksanakan pada hari Senin tanggal (03/10/2022) jam 09.00 WITA.
Berkaitan dengan hal ini, Ketua Fraksi Demokrat Nasir Sance Potale, saat ditemui usai rapat paripurna menjelaskan bahwa Fraksi Demokrat sudah melaksanakan rapat pinhar terbatas pada tanggal 24 September yang dihadiri Ketua DPC, Sekertaris, Amir Habuke, Sarifudin Bano serta Ketua OKK Moris Van Gobel.
“Pada waktu itu kita sepakat untuk mengeluarkan Partai Hanura dari keanggotaan Fraksi Demokrat, meskipun pada rapat itu kami masih mempertimbangkan apakah Hanura ini masih kita pertahankan atau tidak. Karena selama ini apa yang jadi kebijakan Fraksi Demokrat selalu tidak sejalan dengan Pak Suwandi dan ini beberpa kali dilakukan,” Jelasnya.
Dirinya juga mengatakan bahwa Suwandi Musa sudah pernah diingatkan dan ditegur melalui WhatsApp tetapi tidak pernah digubris. Akhirnya Fraksi Demokrat mengambil keputusan untuk mengeluarkan Aleg Hanura dari Demokrat.
“Fraksi Demokrat adalah fraksi utuh, makanya saya ibaratkan Fraksi Demokrat ini adalah rumah besar yang didalamnya itu fasilitasnya lengkap, tetapi pada suatu saat ada yang meminta (teman Pak Suwandi,read) menghubungi Pak Amir Habuke agar kiranya Hanura ini ditampung di Fraksi Demokrat. Karena kasihan sehingga Pak Amir membuat surat ke DPR untuk menggabungkan di Demokrat dan tanpa sepengetahuan saya sebagai ketua Fraksi,” kata Nasir.
Lebih lanjut dirinya memaparkan, bahwa pada waktu itu Amir Habuke sebagai ketua DPC dan dirinya memaklumi serta menyadar tidak akan terjadi masalah, lebih lanjut kata Nasir Potale ada teman-teman yang mewanti-wanti kepad Aleg Amir Habuke.
“Kenapa dimasukan tanpa rapat fraksi tapi kata Pak Amir biar saja kitorang tampung saja dia siapa tau dia bisa membantu di Fraksi Demokrat. Akhirnya dengan berjalanya waktu harapan itu tidak ada bahkan seolah-olah rumah kami ini yang ada aturanya itu mau diatur sendiri menjalankan roda atau aturan yang ada dirumah Fraksi Demokrat sehingga disitulah timbulah keinginan dari kami Fraksi Demokrat untuk mengeluarkan dia, karena sudah tidak sejalan lagi,” Paparnya.
Menanggapi hal ini, Anggota DPRD dari Partai Hanura Suwandi Musaa menyampaikan, bahwa dirinya baru menyadari ketika Ketua Fraksi Demokrat (Nasir Sance Potale.read) tidak memahami esensi atau hakekat mengenai apa itu fraksi dan fraksi itu adalah pengelompokan.
“Mengapa dia (Nasir Sance Potale,read) saya katakan tidak paham, karena ada sebuah peristiwa pasca katanya ada perempuan bercadar yang bernama Ivana di DPRD dan kemudian dia memerintahkan kepada saya dan saya bacakan biar lengkap. Kepada yang terhormat seluruh anggota Fraksi Demokrat Hanura untuk menyikapi persoalan yang sementara viral dimedia masa, Anggota Fraksi Demokrat Hanura perlu berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan dan pendapat menunggu perintah dari ketua DPC Demokrat,” ucap Suwandi sembari membacakan pesan WhatsApp grup Fraksi Demokrat – Hanura yang dikirim Ketua Fraksi Nasir Sancr Potale.
Dirinya juga mengungkapkan setelah membaca isi pesan whatsapp tersebut dirinya merasa lucu dan bercampur jengkel terhadap sikap Ketua Fraksi Nasir Sance Potale.
“Mengapa saya ketawa, saya jadi tidak mengerti kok saya dari Hanura diminta untuk menunggu perintah ketua DPC Demokrat, apa seperti itu ? Betul saya bergabung mengelompokan diri dengan mereka, tapi sadar ngga dia bahwa saya adalah Hanura yang tidak atas perintah Ketua DPC Demokrat,” tegas Suwandi.
Menurutnya, seharusnya yang boleh dilakukan adalah kembalikan kepada kesepakatan awal dimana Fraksi Demokrat-Hanura itu terbentuk. Tetapi hingga saat ini kata Suwandi kesepakatan awal itu tidak pernah terbangun ketika Fraksi Demokrat-Hanura terbentuk.
“Oleh karenanya saya bersyukur bisa keluar dari Fraksi Demokrat karena saya bisa keluar dari orang yang tidak mengerti dan memahami esensi dari fraksi itu sendiri,” Ujarnya.
Selain itu juga Suwandi Musa mengungkapkan alasan lainya Fraksi Demokrat mengeluarkan dirinya dan Jasmiah Suleman yaitu sejak merebaknya isu perempuan bercadar yang datang melapor ke DPRD dan dirinyalah yang menandatangani pengusulan pansus tersebut.
“Mereka tidak nyaman sayalah orang yang menandatangani usul pembentukan pansus itu dan itu melekat pada diri saya selaku anggota DPRD dan tidak harus nanya ke si A, B dan C. Namun hingga saat ini usul itu beluk ditindaklanjuti itu urusan lain tetapi paling tidak saya mengungkapkan dan menyampaikan kepada publik adalah sikap politik saya, ketika saya melihat ketidak benaran, ke dzoliman, ke mungkaran dan sesuatu menurut saya tidak lazim maka selaku Anggota DPRD saya merasa wajib untuk menyelesaikan persoalan ini,”ungkap Suwandi.
“Jadi saya menandatangani usul pembentukan pansus yang ini membuat gerah teman-teman di Demokrat khususnya Fraksi Demokrat-Hanura di DPRD Kabupaten Gorontalo dan itu karena mereka tidak setuju dengan isu perempuan bercadar dan berita yang viral untuk ditindaklanjuti di pansus mereka sangat tidak setuju. Biarlah publik yang tau, menilai bahwa ternyata Hanura didalamnya ada Suwandi Musa dan Jasmiah Suleman berbeda sikap dengan Demokrat karena kami berdua berpihak kepada kebenaran tetapi mereka tidak setuju untuk ditegakan kebenaran,” Tambahnya.
Disinggung apakah bakal bergabung dengan fraksi Golkar, NasDem atau PKS, saat ini dirinya belum menentukan sikapnya, meskipun ketiga frakasi ini sangat welcome terhadap Hanura.
“Saya belum memilih dan melakukan pilihan karena lagi-lagi saya takut jangan sampai saya lagi salah memilih, oh tiba-tiba saya lagi bersuara untuk kebenaran maka fraksi dimana tempat saya bergabung tidak setuju untuk saya menyuarakan kebenaran itu lagi yang bikin repot. Oleh karenanya saya sangat hati-hati memilih untuk bergabung di fraksi yang mana dan yang jadi aneh dalam persidangan yang saya ikuti harusnya Banmus yang merumuskan kapan paripurna tapi yang semalam itu Paripurna yang merumuskan kapan mau Banmus,” Tuturnya.(Win/Relatif.id).